Rabu, 12 Oktober 2016

Dampak Perceraian Terhadap Anak



Dampak Perceraian Terhadap Anak
Perceraian (divorce) merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Mereka tidak lagi hidup dan tinggal serumah bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi. Perceraian adalah peristiwa yang traumatis bagi semua pihak yang terlibat bagi pasangan yang tak lagi dapat hidup bersama dan juga bagi anak-anak, mertua/ipar, sahabat dan perceraian orang tua adalah keadaan keluarga yang tidak harmonis, tidak stabil atau berantakan.
Dan ada beberapa factor yang menyebabkan peceraian itu terjadi yaitu :
a.       Perselingkuhan
b.      Penganiayaan
c.       Ketidak harmonisan dalam keluarga
d.      Krisis moral dan akhlak dll
Perceraian berdasarkan jenisnya di bedakan menjadi 2 yaitu :
1.      Cerai hidup
2.      Cerai mati
Dan dapat kita ketahui pasti akan terdapat beberapa dampak yang akan memengaruhi psikologis terhadap anak, di bawah ini adalah beberapa dampak yang memengaruhi psikologis anak diantara lainnya :
1.      Rasa malu
2.      Rasa bersalah
3.      Ketakutan
4.      Kesedihan
5.      Rasa marah
6.      Tidak berkosentrasi dalam belajar
7.      Dan yang terakhir tidak peduli dengan ligkungannya.
Orang tua adalah sosok yang penting dalam kehidupan seorang anak maka jika terjadi sebuah perceraian akan mengganggu beberapa psikologis anak, masa kini orang tua hanya mementingkan ego mereka masing masing tanpa melihat apa dampak keputusan yang mereka ambil terhadap buah hati mereka padahal masih banyak beberapa cara yang dapat memecahkan suatu masalah tanpa mengganggu mental pada pertumbuhan anak – anak mereka.
      Perceraian juga mempunyai 99,9% dampak yang sangat besar bagi anak – anak,  pada sisi psikologis pada anak karena adanya suatu perceraian selain beberapa yang telah dijelaskan di atas tersebut, anak terkadang akan cenderung suka melakukan penyangkalan setiap kali mereka ditanya mereka akan sering terlihat mengamuk, menjadi kasar, dan bertindak agresif, menjadi pendiam, tidak lagi ceria dan tidak suka bergaul, sulit berkonsentrasi dan tidak berminat pada tugas sekolah sehingga prestasi disekolah cenderung menurun, suka melamun terutama mengkhayalkan orang tuanya bersatu kembali dan dari tindakan diatas tersebut tak jarang banyak anak yang karena salah pergaulan menjadi anak – anak yang putus asa bila salah pergaulannya bias menjadi anak – anak yang hidup dalam pergaulan bebas dan hal ini adalah yang sangat tidak diinginkan .
Dampak yang diterima oleh anak ternyata terjadi tak hanya ketika pertengkaran membumbui pra-perceraian ataupun sampai pada tahap perceraian saja. Tetapi lebih dari itu, setelah orang tua bercerai seorang anak biasanya harus memilih salah satu di antara kedua orang tuanya, apakah akan ikut dengan ayahnya atau ibunya. Untuk anak yang telah cukup umur hal tersebut bisa menjadi keputusannya sendiri karena mereka sudah cukup dewasa untuk memutuskan mana yang akan menjadi pilihan hidupnya. Tetapi berbeda pula dengan anak – anak dengan usia dini. Anak – anak dengan usia yang belum dewasa masih belum terlalu mengerti dengan perceraian itu sendiri, untuk memutuskan pun mereka belum sanggup. Ikut ibu atau ikut ayah? Hal ini bisa menjadi dampak psikologi negatif juga untuk para anak karena mereka tak akan tahu keputusan mana yang terbaik untuk mereka sehingga mereka akan berada dalam kondisi terjepit, dilemma yang belum waktunya. Pada beberapa kasus, ketika dia juga mengikuti salah satu orang tuanya, ayahnya atau ibunya, bisa jadi mereka akan menjadi tidak diterima atau diabaikan oleh yang lainnya. Hal itu tentunya akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Karena yang dibutuhkan mereka adalah keluarga bahagia yang lengkap yaitu, ayah dan ibu.
      Banyak pula kasus yang terjadi yaitu ketika anak bermasalah di sekolah, tak dapat dikontrol dan tak mau menurut ternyata setelah ditelaah lebih lanjut ada permasalahan pada latar belakang keluarganya. Biasanya kasus perceraian ini juga merupakan contoh kasus yang banyak ditemukan di kalangan masyarakat. Apa yang dapat mengakibatkan anak – anak itu menjadi begitu bermasalah ? Jawabannya adalah keegoisan para orang tua yang sibuk sendiri, memikirkan masalah pribadinya, lupa bahwa ada anak – anak yang menjadi tanggung jawabnya. Tanpa disadari anak – anak tersebut menjadi terbengkalai, kurang dipedulikan oleh mereka sehingga mereka menjadi lepas control dan suka mencari perhatian dengan cara – cara yang salah. Di antaranya dengan menjahili teman – temannya, senang berkelahi bahkan yang lebih parah sampai pada kasus – kasus kriminal yang dilakukannya. Hal tersebut sebenarnya upaya mereka supaya diperhatikan oleh orang tuanya. Selain itu ketika kemudian anak menjadi lepas control yang diakibatkan orang tuanya tenggelam dengan masalahnya sendiri, menjadikan anak tersebut tak dapat diatur karena tak ada yang mengingatkan ketika mereka berbuat kesalahan dan tak ada yang memuji mereka ketika berbuat baik.
Hal tersebut begitu berpengaruh bagi kehidupan mereka di rumah maupun di sekolah. Di sinilah peran guru sebagai sosok pengajar, pendidik dan pemimpin harus lebih bisa sabar menghadapi anak – anak semacam itu dan kalau bisa memberikan solusi yang begitu bijak sebagai orang tuanya di sekolah supaya masalah tersebut tidak mempengaruhi anak.
      Melihat dari betapa rawannya dampak yang dialami oleh seorang anak yang orang tuanya mengalami perceraian, alangkah lebih baiknya jika perceraian di pikirkan lagi, dan alagkah baiknya ketika hal ini menjadi kesempatan untuk intropeksi diri, dan anak menjadi alasan untuk memperbaiki diri guna untuk menjaga kelangsungan kehidupan rumah tangga. Anak adalah sebuah alasan untuk memaafkan kesalahan pasangan, anak menjadi untuk tidak menyakiti pasangan, anak menjadi alasan untuk berkerja lebih keras lagi agar berjalan sebagaimana seharusnya. Anak – anak kita adalah masa depan bangsa yang kepada anak – anak kita, kita titipkan masa depan bangsa ini dan kita akan menjaga mimpi anak – anak kita tidak malah menghancurkan mimpi mereka dengan bercerai dengan pasangan kita.
      Kasus perceraian apapun alasannya, merupakan “malapetaka” bagi anak. Anak tidak akan dapat lagi menikmati kasih sayang orang tua secara bersamaan yang sangat penting bagi pertumbuhan mentalnya, tidak jarang pecahnya rumah tangga mengakibatkan terlantarnya pengasuhan anak. Itulah sebabnya dalam ajaran Islam perceraian harus dihindarkan sedapat mungkin bahkan merupakan perbuatan yang paling dibenci Allah SWT. Bagi anak – anak yang dilahirkan  perceraian orang tuanya merupakan hal yang akan mengguncang kehidupannya dan akan berdampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangannya termasuk berpengaruh besar terhadap pendidikannya,  sehingga biasanya anak – anak adalah pihak yang paling menderita dengan terjadinya perceraian orang tuanya. Karena Keluarga merupakan lembaga terkecil dalam sistem sosial kemasyarakatan yang  terdiri dari satu orang lebih yang tinggal bersama, hidup dalam sebuah rumah tangga untuk berinteraksi dan berkomunikasi dan disatukan oleh aturan – aturan hukum pernikahan yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa  adanya hak dan kewajiban yang harus ditunaikan baik itu sebagai suami dan sebagai istri, begitu pula pemenuhan hak dan kewajiban antara suami - istri sebagai orang tua dengan anak yang berada dalam kehidupan keluarga tersebut.
Bagi anak keluarga merupakan lembaga primer yang tidak dapat diganti dengan kelembagaan yang lain. Di dalam keluargalah anak mengenal arti hidup, cinta kasih dan arti kebersamaan. Di dalam keluarga tersebut anak dibesarkan, diberikan pendidikan dengan suasana aman yang dapat mengantarkan di masa-masa perkembangannya.  Pada kenyataannya, tidak semua keluarga dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Maka dari itulah kita sebagai orang tua sebagai panutan anak – anak kita jangan sampai ada pertengkaran atau perselisihan yang menumbuhkan sebuah perceraian karena jika itu terjadi sangat lah buruk dalam dampak nya terhadap psikologis anak – anak dan akan mengganggu pertumbuhan anak tersebut.


Daftar Pustaka
www.kompasiana.com  26 Oktober  2013
mynewblogaprilya.blogspot.com  26 Mei 2015




Tidak ada komentar:

Posting Komentar